Frea. rindu-rindunya sudah tak bisa terkata-kata.
Menelanjanginya seperti langit menelanjangi purnama yang baru
dimulai malam ini.
Frea dan semangat patahnya sebab kini ia adalah lajang yang
jalang.
Bujangan-bujangan bajingan melayangkan tamparan ke wajahnya,
menyayat kulit mukanya agar orang-orang tak ingin menatapnya, atau bahkan muntah
ketika melihatnya.
Tentang pagi
yang Frea hirup bersama langkah kaki hari ini.
Jonsi
menemaninya meditasi setelah semalaman Anamnesis menemani hingga terlelap
menuju alam mimpi.
Melepas alas
kaki dan menjejaki rumput basah yang disetubuhi embun pagi.
Ugoran Prasad
yang pernah membuatnya mati berdiri sudah tidak bisa membakarnya seperti dulu
lagi.
Maka Frea
meminta hangat kepada matahari yang mulai meninggi perlahan dengan sangat
hati-hati.
Kebangkitan harus
kembali dia jelang sebab sudah dua ratus tahun api semangat yang dikobarkan
dalam sekejap dipadamkan.
Kekuatan itu
sehebat angin kencang yang disertai hujan dan petir menggelegar.
Frea takkan
pernah lagi bisa berlari meskipun makian-makian mereka tak sepenuhnya
melumpuhkan kekuatannya untuk berdiri.
Ia hanya tak ingin lagi berlari. Itu saja.
Lama Gyurme
meminta Frea untuk memejamkan mata dan merasakan semua energi.
Sebab Frea
sudah tak bisa berkata lagi.
Untung saja
kepala tidak mungkin bisa pecah sendiri.
Tentang Frea…
Ketika
kesalahan menjadi takdirnya dan takdir merampas hidupnya.
Frea
menyalahkan mata dan ketakutannya.
Frea
menyalahkan telinganya sebab ia tak bisa mendengar lumpur-lumpur bersuara.
Avalokiteśvara menyelamatkan Frea dengan
tangan-tangannya.
Perlahan
mengajak Frea berdiri, menyembuhkannya.
Frea
mengikutinya terbang meskipun heran bagaimana mungkin dia bisa berdiri tanpa
memijak bumi.
Bumi dan
duniawi.
Dalam gulita,
Frea meminta terang pada Amon Ra.
Cahaya kecil
akhirnya membuatnya mengerti tentang rasa yang tak bisa lagi tersusun menjadi
bahasa.
Sebab tak
semua rasa dapat terselesaikan walau hanya sebatas makna.
Sometimes,
some words are worth unspoken, and some feelings are worth hidden…
Hari ini
berubah menjadi hologram.
Frea
berangkat sekarang.
Melanjutkan
terbangnya mengikuti Avalokiteśvara.
Pada bibirnya tersirat bayangan senyum, sekelumit sisa
kehidupan dalam tubuhnya yang merapuh…
Tak ada yang
perlu dipersalahkan.
Termasuk
dirimu, Frea…
No comments:
Post a Comment