Friday, June 3, 2011

rumah masa depan




aku masih bisa membayangkan betapa menyenangkannya menghabiskan sisa umur jika kita bersama.

memiliki rumah yang terbuat dari box container yang kita beli, menumpuknya di tengah hutan, mendekor isinya dan membuat taman mengelilinginya.

dan aku masih berharap, suatu hari nanti kita bisa mengunjungi Nara, bersama.



jangan lupa bernapas!


saya adalah orang beruntung yang bisa masuk ke sebuah dunia produksi film-iklan dan mengenal beberapa nama-nama hebat bahkan sebelum saya menyelesaikan studi saya di sebuah perguruan tinggi negeri yang berlandaskan seni.

2009, seorang produser mengajak saya ke Jakarta untuk mencicipi dunia film-iklan sebagai Production Asisstant (baca : jongos) setelah (alhamdulillah) dia terkesan dengan cara saya bekerja saat magang di sebuah produksi film layar lebar fenomenal - Trilogi Merah Putih. meskipun tidak mengikuti prosesnya mulai dari pra produksi, langsung terjun ke lapangan dan 'mengangani' ratusan orang crew dalam tahap produksi adalah sebuah pengalaman yang sangat berharga. dan apa yang saya lakukan adalah belajar dari apa yang tersirat, bukan tersurat, seperti pesan seorang rekan kerja yang banyak saya curi ilmunya.

4 bulan bekerja di dunia iklan, kemudian saya 'pamit' pada Ibu produser untuk menyelesaikan satu mata kuliah yang tertinggal, dan kemudian menyelesaikan tugas akhir. setelah berhasil menghabiskan mata kuliah, seorang teman mengajak saya untuk membantunya dalam sebuah pekerjaan. menjadi asisten untuk seorang sutradara yang namanya sudah sangat dikenal di dunia iklan dan video musik Indonesia. terjebak? mungkin bisa disebut begitu. entah kenapa, saya tidak bisa menolak ketika sang sutradara meyakinkan saya untuk melanjutkan bekerja dengannya. saya hanya berpikir, ini adalah kesempatan saya untuk belajar.

satu tahun lebih saya bekerja sebagai asisten sang sutradara tersebut. asisten pribadi, lebih tepatnya, karena saya yang mengatur semua schedule produksinya (baca : pelangi). di pekerjaan ini saya belajar lebih banyak lagi, tentang proses dari benar-benar awal hingga benar-benar akhir. dari mulai pitching-ide-persiapan-shooting-editing- hingga final mix dan akhirnya tayang di televisi. bertemu dengan banyak orang, menghabiskan hari dari meeting satu ke meeting lainnya, menikmati macetnya Jakarta, makanan-makanan mahal yang belum pernah ada dalam bayangan saya sebelumnya (walaupun saya tetap lebih suka menikmati rasa "makanan rakyat"), bola mata yang tidak lepas dari layar monitor 15", makin hobby masuk angin dan menempel koyo di pundak, mulai terserang migrain, kehilangan waktu untuk berkumpul dengan keluarga, apalagi untuk merawat diri sendiri, hingga akhirnya, tugas akhir saya tertunda (lagi).

mulailah, diprotes semua orang (*nyengir*) dan sebuah kalimat dari malaikat menampar saya, "Jangan lupa bernapas!" - ini seperti, untuk bernapas saja saya harus diingatkan. whatt?!

akhirnya kembali lagi, hidup adalah tentang memilih. setelah memilih, kita harus memutuskan. sudah saatnya saya kembali pada kenyataan. menyelesaikan studi serta meluangkan waktu untuk keluarga dan diri sendiri.

ke depannya? we'll see. saya punya beberapa rencana untuk masa depan saya. tapi yang jelas, akan tetap ada dalam otak saya, untuk apa mendapatkan cukup uang, tapi kehilangan banyak waktu untuk diri sendiri dan keluarga? untuk apa 'menyiksa' tubuh di luar kemampuannya jika ujung-ujungnya melalaikan kebutuhannya?

saya lebih memilih untuk melakukan apa yang saya suka, bekerja dengan otak, hati dan tangan dan tetap tersenyum. bersepeda menikmati udara sejuk dan sinar matahari senja, dan menemani mama serta adik-adik saya, membangun sebuah keluarga baru, dan bangkit dari tekanan yang 10 tahun ini kami lewati. :)

Jakarta dan pekerjaan, yang sebenarnya adalah pelarian.

jauh

duduk diam memandangimu yang berada di luar jarak pandang merekam lamunmu yang tak dapat kubaca, dan diammu yang tak dapat kuterka. seny...