Wednesday, April 18, 2012

serpihan pikiran dan ingatan tadi malam


Menghantam malam menghajar tikaman, hingga fajar, berlindung di bawah senja, membawa serta rasa yang teracak semesta.

Perdebatan mengenai masalah diri, masalah aku, masalah kamu, masalah kami, masalah kita, di bawah senja, satu kesimpulan sempurna.

Kemudian hitam berubah jadi abuabu berubah jadi ungu berubah jadi merahjambu berubah jadi orange, cerah, secerah senyumku melepas keretamu.

Bordes. Lupakan jenggot nenek. Lupakan puting paman yang berjajar. Lupakan suster yang mendorong gerobag bakso. Bordes. Pelukan dan kecupan.

Jejalanan bisu. Petrichor sepanjang malam. Gesekan karet dan aspal. Umpatanumpatan. Minuman sesampahan. Pelepeh kenyataan. Kelelahan.

Dua gadis ungu mengabadikan stasiun dan mereka dan fajar sempurna itu. Melewati semaksemak dengan bungabunga ungu. Sepatu mereka, ungu.

Dua gadis ungu. Coba sayat kulitnya. Kita lihat warna darahnya, sayang! Bukan warna ungu, tapi magenta bercampur abuabu.

Jadi bs kt lihat. Betapa ungu tak selamanya ungu. Biru takkan selamanya biru. Tapi abuabu tetap akan menyusup mencampuri warnawarna itu.

Biru keabuan, ungu keabuan. Sebab ketika abuabu menyusup. Nama depan mereka masih biru atau ungu. Dan orang tetap mengenal itu.

Decitan roda besi menggilas rel. Lenguhan lokomotif. Sesibukan bapak ibu anak nenek kakek naikturun gerbong. Tak ada rasa kita yg berbohong.

Aku melepas kamu seiring pagi hadir. Merelakan genggaman, pelukan dan kecupan di tengah keramaian. Kita tersihir. Kita menjadi mahir.

Tersihir kalimat terakhir sebuah syair, "Bau Bacin di Cinta Kita", "...bermataair kita daripada berairmata kita"....

"Lepaskan. Mereka bukan anakanakmu. Mereka tak lahir dr rahimmu. Nanti kita tanam pohon untuk bumi dan anakanak kita"

"Relakan semua yg menyisa. Terang akan datang di saat yg tak pernah kita duga. Terang sudah menetas bersama senja. Kita akan mengemasinya"

Dan pada akhir episode ini, kita berakhir bahagia. Hati kita lega. Senyum kita cerahkan semesta. Sayang, aku menunggumu pulang.

Yogyakarta, 18 April 2012

Bukan di Bumi, tempat kita melewatkan long weekend kali ini

Berkalikali kamu mengajakku terbang. Melihat Bumi dari awan. Tp tidak pernah aku raih kesempatan. Genggamanmu lepas di tengah perjalanan.

Aku memang bosan di Bumi, terkadang. Sebenarnya ia terlalu cantik untuk ditinggalkan.

Coba kamu lihat betapa deretan menghijau itu menenangkan. Tp memang, kita hanya bisa menikmatinya ketika liburan.

Kita tinggal di perkotaan. Di mana gedunggedung seperti menara, menjulang. Di mana kepulankepulan asap sangat menyesakkan.

Di mana mata tak lagi berpandangan. Semuanya! Hanya terlihat seperti keegoisan.

Kudakuda dan gajahgajah besi berlalulalang. Menelanjangi secara terusterusan, aspal hitam yang membentang.

Aku lelah, Sayang... Sedangkan sebentar lagi long weekend kembali datang. Kota ini pasti akan dilanda banjir bandang.

Sekarang saja mataku tak berani menyapu pandang pada jalananjalanan aspal yang kelelahan.

Dan kamu kembali menawarkanku untuk terbang ke awan. Bukan cuma sampai awan, sayang...

Aku mau ke Bulan. Aku sudah menyiapkan dua tiket untuk kita terbang.

Di Bulan ada kelincikelinci yang berbaris rapi menanam padi untuk mereka makan sendiri.

Kelincikelinci tidak akan mau mengimpor padi dari bumi. Padi-padi yang tercemar polusi.

Di Bulan, ada udara sejuk yg bs menenangkan hati. Setiap partikelnya bs kita gunakan utk membersihkan diri, sehingga kita tak akan mati.

Di Bulan, ada keluasan dan kesenyapan. Telinga dan mata kita bisa istirahat dari segala di Bumi yang mengancam. Mari bersiap terbang.

Bumi sudah terlalu jahat untuk kita kini. Lihat saja pada long weekend nanti.

Kotakkotak sabun raksasa akan mendatangi tempat yang menurut mereka pantas untuk memperkaya diri. Mereka tak sadar. Mereka merusak mimpi

Sayang, ayo kita pergi. Terbang ke Bulan malam ini. Jangan lupa bawakan aku pelukan dan kecupan untuk kita nanti.

Bukan di Bumi, tempat kita melewatkan long weekend kali ini... 

Yogyakarta, 5 April 2012

jauh

duduk diam memandangimu yang berada di luar jarak pandang merekam lamunmu yang tak dapat kubaca, dan diammu yang tak dapat kuterka. seny...