Monday, December 31, 2012

pada maghrib terakhir, kata-kata tanpa suara diterbangkan bersama semua ingatan yang membeku. kaku. seperti bibirmu saat kita pertama bertemu. dulu. ketika kamu diam dan kutancapkan paku pada kedua kakimu hingga kau tak dapat bergerak. tercengang. pada sinar yang datang bersamaan dengan tubuh bidadari. terang. mata-mata nyalang menatap ke arah reruntuhan kenangan.

dan kamu. masih saja tertunduk pada kakimu yang tertancap paku. memandangiku.

Saturday, November 24, 2012

tertipu cemburu dikelabuhi rindu pada malam dingin membiarkan detik demi detik berlalu merasuk ke sum-sum terdalam teriringi dentingan Oscar oleh Frau tentang sepasang kekasih yang bercinta di luar angkasa seperti yang pernah kita lewati berdua saat menyetubuhi embun pagi berebut dengan rumput yang haus sejuknya tetesan air bening itu.

aku benar-benar merindukanmu.

Tuesday, November 13, 2012

Frea...


Pada suatu pagi lelaki yang ia cintai menghujaninya dengan tikaman. Dengan segala kemampuan ia berusaha untuk berjalan pulang. nyeri di kepala membuat langkahnya makin terhuyung. Orang-orang mengira ia sedang mabuk. Tak ada yang menolongnya.

Frea, sedang berusaha bertahan.


Ia tersesat di hutan. Jatuh, terkapar saat berusaha menembus semak belukar. Peri-peri hutan bermunculan. Terheran melihat perempuan itu meringkuk, matanya terbuka, nanar. Tatapannya kosong. Air mata menetes dari sudut matanya.


Frea, mati rasa.


Salah satu dari mereka membenarkan posisi tidurnya. Membersihkan wajah dan badannya dari luka. Matanya tetap terbuka. Air masih mengalir dari sudutnya.


Frea, tak lagi tau apa itu cinta.


Mereka merawatnya. Hingga matanya dapat kembali berkedip walau tetap hampa. Tak ada yang berani bertanya.


Frea, tak ingin bicara.


Rintik hujan datang. Ia terbangunkan. Berusaha menopang badannya dan berdiri. Deras. Rintiknya makin keras. Tangisnya tersamarkan.


Frea, hujan akan menghapus semua.


Sebenarnya, ia lebih kuat daripada yang pernah ia kira.

Monday, November 12, 2012

On Melancho-Frea





Frea. rindu-rindunya sudah tak bisa terkata-kata.
Menelanjanginya seperti langit menelanjangi purnama yang baru dimulai malam ini.
Frea dan semangat patahnya sebab kini ia adalah lajang yang jalang.
Bujangan-bujangan bajingan melayangkan tamparan ke wajahnya, menyayat kulit mukanya agar orang-orang tak ingin menatapnya, atau bahkan muntah ketika melihatnya.


Tentang pagi yang Frea hirup bersama langkah kaki hari ini.
Jonsi menemaninya meditasi setelah semalaman Anamnesis menemani hingga terlelap menuju alam mimpi.
Melepas alas kaki dan menjejaki rumput basah yang disetubuhi embun pagi.
Ugoran Prasad yang pernah membuatnya mati berdiri sudah tidak bisa membakarnya seperti dulu lagi.
Maka Frea meminta hangat kepada matahari yang mulai meninggi perlahan dengan sangat hati-hati.
Kebangkitan harus kembali dia jelang sebab sudah dua ratus tahun api semangat yang dikobarkan dalam sekejap dipadamkan.
Kekuatan itu sehebat angin kencang yang disertai hujan dan petir menggelegar.
Frea takkan pernah lagi bisa berlari meskipun makian-makian mereka tak sepenuhnya melumpuhkan kekuatannya untuk berdiri.
Ia  hanya tak ingin lagi berlari. Itu saja.

Lama Gyurme meminta Frea untuk memejamkan mata dan merasakan semua energi.
Sebab Frea sudah tak bisa berkata lagi.
Untung saja kepala tidak mungkin bisa pecah sendiri.

Tentang Frea…
Ketika kesalahan menjadi takdirnya dan takdir merampas hidupnya.
Frea menyalahkan mata dan ketakutannya.
Frea menyalahkan telinganya sebab ia tak bisa mendengar lumpur-lumpur bersuara.

Avalokiteśvara menyelamatkan Frea dengan tangan-tangannya.
Perlahan mengajak Frea berdiri, menyembuhkannya.
Frea mengikutinya terbang meskipun heran bagaimana mungkin dia bisa berdiri tanpa memijak bumi.
Bumi dan duniawi.

Dalam gulita, Frea meminta terang pada Amon Ra.
Cahaya kecil akhirnya membuatnya mengerti tentang rasa yang tak bisa lagi tersusun menjadi bahasa.
Sebab tak semua rasa dapat terselesaikan walau hanya sebatas makna.


Sometimes, some words are worth unspoken, and some feelings are worth hidden…

Hari ini berubah menjadi hologram.

Frea berangkat sekarang.
Melanjutkan terbangnya mengikuti Avalokiteśvara.
Pada bibirnya tersirat bayangan senyum, sekelumit sisa kehidupan dalam tubuhnya yang merapuh…

Tak ada yang perlu dipersalahkan.
Termasuk dirimu, Frea…

Sunday, November 11, 2012

aku pulang...

delapanbelas jam perjalanan menuju kembali ke kota.
kota jahat yang sama sekali tak bersahabat.
memulai hari dengan polusi sama sekali bukan ide yang baik.
tapi sudahlah, sampah udara harus kuhadapi setiap hari untuk sementara ini.
lalu sakit kepala tidak mau pergi.
hinggap pada kepala dan berlari-lari.
berpindah ke sana-kemari.

aku sedang muak dengan jarak.
malam ini semesta menenangkanmu dengan arak.
arak mengelabuhimu.
katanya kamu punya kekasih yang tidak mencintaimu.

apa buktinya? kekasihmu mengejar, bertanya dengan gusar.
buktinya ia lebih memilih mempertahankan seleranya yang murahan ketimbang mendengarkan lagu-lagu yang kau ciptakan.

oh Semesta,
lalu kemana larinya semua peluh-peluh itu?

kemudian tentang ekor yang selalu kupancang

jika memang aku membuatmu terkekang maka lebih baik aku yang menghilang.
tenanglah.
kebebasanmu tidak akan terbang.

sebab aku sedang beranjak mengemasi serpihan-serpihan kemesraan dan menguburnya, lalu pulang...

Friday, November 9, 2012

sampaikan salamku pada hujan

sampaikan salamku pada hujan di sana, sayang...
biar dia melebur debu-debu yang mengepul saat tersapu
biar tetesnya meredakan semua lara di muka dunia
biar rintiknya menjadi irama yang melagu bagi mereka-mereka yang dirundung sendu

sampaikan salamku pada hujan di sana, sayang...
keriaanku di sini seperti mereka semua yang menyambut datangnya ia di sana
dan semua akar tanaman yang kehausan kembali menghirup basahnya tanah
minggu depan kita panen buahnya bersama

sampaikan salamku pada hujan di sana...
sampaikan terima kasihku atas petrichor yang ia datangkan...
aroma tanah basah yang kau hirup sekarang


Thursday, November 8, 2012

cerita-cerita ibu-ibu kaleng tua (part one)


pada sebuah persinggahan terakhirnya di sebuah kota kecil itu, Kinanthi menengadah.
menatap langit dan gugusan awan yang membentuk guratan-guratan tanda untuk diceritakan.
langkah sepasang kaki kecilnya masih menyusuri jalanan yang belum pernah dilewatinya ini.
"aku merasa tidak asing dengan jalanan ini..."
ia menyampaikan ini kepada bathin, yang selalu bisa menjelaskan kepadanya tentang semua kejadian aneh yang terjadi sepanjang hidupnya.

Kinanthi tidak pernah menaruh percaya pada siapapun.
ia hanya memercayai bathinnya.

sekali lagi kini ia mengikuti bathinnya yang sudah sepakat dengan sepasang kakinya untuk mengentikan langkah pada sebuah pasar tua.
Kinanthi memasukinya perlahan.
mencari tanda.
semuanya yang di sana adalah barang-barang lama.

"bising disini", ujar Kinanthi dalam hati.
ia bisa mendengar semua yang suara, tetapi tidak semua kata.
terlalu riuh karena semuanya disampaikan secara bersamaan.
mereka semua bicara dengan berebutan.

sebuah kotak telepon kuno menyapanya saat langkah mungilnya melewati sebuah kios.
rangkaian besi yang dicat merah itu tampak megah.
memiliki wibawa yang berbeda dengan lemari-lemari kuno di sekitarnya.
"sebentar lagi kau akan terbiasa..." suaranya bijak, sesuai dengan wujudnya.
Kinanthi mendengarnya dengan jelas.
ia hanya menatap kotak telepon kuno itu dengan senyuman hangatnya.
ia merasa kotak telepon kuno itu membalasnya, hanya saja tak kasat mata.
kotak telepon tak punya muka.

suara-suara mereka pun sebenarnya tak kasat telinga.
tapi Kinanthi selalu mendengar barang-barang kuno memanggilnya.
mengajaknya mampir untuk mendengar kisah mereka. kisah-kisah lama yang hidup menjadi sejarah.
tak pernah mati, karena mereka tak pernah bernyawa.
tapi tak bernyawa bukan berarti tak punya rasa.
mereka sama seperti kita.
merasakan cinta dan lara.
mereka mengabadikannya.

langkahnya terhenti ketika dua mata bulatnya yang sayu tertuju pada sebuah kotak kaleng.
kecintaannya pada kaleng-kaleng tua membuat segala indera yang dia punya menyadari bahwa ada benda itu di sekitarnya.
kotak itu terhimpit di sela-sela lemari antik.
seolah disematkan begitu saja dan ia rasa penjualnya telah melupakan kehadirannya.
Kinanthi mendengar, "Saya punya banyak cerita untuk kamu" pada detik ke tujuh ia menatap kaleng itu.
"Seperti suara seperti ibu..." bisik Kinanthi pada bathinnya.

mungkin dulunya kaleng ini memiliki corak bunga, masih bisa terlihat samar-samar semburat
kecantikannya yang memudar ditelan masa.
karat-karat halus menjamah permukaannya dan merambat perlahan menelan coraknya.
seperti jaringan kanker yang meluas hingga merenggut ibu darinya.

Kinanthi memasuki kios, mencapai sela-sela lemari antik yang menghimpit ibu-ibu kaleng tua itu.
suara bising masih mengganggu telinga. ia mengabaikannya.
"boleh saya lihat kaleng ini pak?" Kinanti meminta ijin pada pria tua yang duduk di depan kiosnya.
sambil menghembuskan asap tembakau yang ia hisap dari pipa, "bisa ambilnya?" jenggotnya yang putih terlihat menguning. nikotin.

kaleng itu sudah direngkuh oleh kedua tangan Kinanthi.
ia merasakan ibu-ibu kaleng itu tersenyum sambil melemaskan ototnya karena selama ini ia dihimpit dengan posisi miring.
"terima kasih ya, cerita-cerita untukmu ada di dalam.
tapi kamu tidak kusarankan untuk membukaku di sini.
kamu tidak akan bisa mendengar cerita mereka dengan baik.
pasar ini bising sekali kan?"
Kinanthi hanya mengangguk.

"pak, kaleng ini berapa harganya?"
"itu barang sudah tiga belas tahun di sini ngga ada yang mau beli. saya juga ngga tau mau kasih harga berapa."
kemudian hening.
"kamu bawa saja lah. besok kalo kamu ke sini lagi ceritakan apa yang diceritakannya ya. dia ngga pernah mau cerita sama saya"
Kinanthi tertegun. matanya makin bulat.
"saya dengar dari tadi dia ngomong sama kamu. dia pilih kamu".
"Bapak juga bisa 'dengar' mereka?"
"ya iya, dan saya udah biasa denger berisik kaya gini. denger mereka ngobrol itu, ngobrol ini. wong saya juga tinggal di sini".
Kinanthi tersenyum. "terima kasih pak, saya pasti akan kembali ke sini".
"kalo kamu kembali ke sini dan saya udah mati, kamu cari pipa cangklong ini di sini ya".
pria tua itu menunjukkan sebuah laci pada lemari kayu besar yang ditempeli tulisan TIDAK DIJUAL.

"akhirnya aku pergi juga dari tempat itu. aku bosan sekali.
cerita pertamaku akan kumulai sesampainya di rumahmu ya" ujar ibu-ibu kaleng tua.
"sabar ya bu, perjalanan kita masih jauh. 'rumah' saya belum ketemu". jawab Kinanthi.

"aku akan menemani perjalananmu. kamu akan segera menemukan 'rumah' mu"


dan kisah ini baru akan dimulai...

Tuesday, November 6, 2012

sebab aku tak akan melepas pelukku untukmu

baiklah, kali ini tentang cintamu yang membatu
mengeras dalam jantungku menjadi kerak yang tak dapat terkikis waktu
memaksaku mendengarkan tangisanmu pada dini hari yang dinginnya membeku
dinding-dinding tuli lalu ikut mendengarkanku yang meninabobokanmu agar terlelap ditelan malam kelabu

tidak akan terjadi apa-apa, kataku

tidurlah, akan kubangunkan kamu esok Rabu...

Sunday, October 21, 2012

...because we need to choose, not just accept our destiny...


Most favorite book character


 Coraline - Neil Gaiman 

Mimpi yang Tidak Pernah Diizinkan Berjumpa dengan Pagi



Imajinasi pergi terbunuh lagi

Ini yang ketigabelas kali
Merintih... 
Sepi...

Belum pagi

Mata Matahari belum meninggi
untuk apa kau harus membunuh ini lagi, dini hari?

Mata tak akan bisa memejam kembali

demi mimpi indah yang selalu sama...
tanpa akhir yang terdefinisi

Aku melihatmu sebagai kisah

tanpa cela
jauh dari celaka
dan tak pernah kuizinkan kau berkata-kata

Aku senang melihatmu diam 

memandangi kejauhan yang terhalang cakar yang menjulang
dan kau selalu tenang
memperlihatkan padaku rancangan negeri impian yang kau simpan dalam-dalam

Kemudian tatapan kita bertemu

bukan di bulan
bukan di bumi yang kita jejaki
di mimpi, aku menyimpanmu sebagai imajinasi tertinggi

Kemudian mimpi menitip pesan pada pagi. 




Kepada esok hari, 
kuhantarkan mimpi yang tak pernah diizinkan berjumpa dengan pagi. 
Sebab mata matahari selalu terik menjejaki.

Sunday, October 14, 2012

jangan sedih lagi, ratu...


apakah seorang ratu boleh bersedih?
jika ratu bersedih, apakah rakyatnya akan sedih?
jika ratu bersedih, apakah bendera di kerajaannya akan berkibat di tengah tiang?
jika ratu bersedih, akankan negeri dongeng kacau balau?

jika ratu bersedih, bolehkah aku menyembuhkannya?

ikut aku, ratu. aku akan mengajakmu melihat sebuah genangan air pada mangkuk marmer di tengah taman. pantulan bayanganmu di sana akan membuatmu tersadar, kecantikanmu berkurang setelah air matamu keluar.

kemudian aku akan menggiringmu ke tengah hutan, melewati semak-semak belukar. durinya tajam-tajam. tak usah pedulikan gaunmu yang akan terajam. kita akan melewatinya, terus, hingga mencapai tepi danau, hingga kau akan tersadar. segalanya yang menghadang akan bisa kita lalui dengan ketidakpanikan.

kita akan menuju tengah danau dengan perahu kecil yang diikat ke dermaga. aku akan mendayungnya. nikmatilah senja yang jingga. lihat bayanganmu di air. gaunmu mungkin tercabik, tapi wajahmu sudah kembali cantik. air mata itu mengering. parasmu menyerap jingganya senja. 



tersenyumlah. 

kau tau kini kau terlihat seperti apa?

mawar jingga yang merekah.






Sunday, July 29, 2012

rindu pada teras #batpoet



merindukan rindu yang bukan padamu saja tapi juga untuk dia, di tempat yang tiada bahaya, terbawa katakata ke sana, ke surga. 

rindu-rindu tanpa kata yang menguap semuanya. Langit tahu segalanya. 

Rindu pada doa-doa pada altar pelaminan yang diiringi arus pernikahan sungai suci dalam perjalanannya yang panjang.

Pada rindu yang sekeras batu, arus deras pun lelah mengikismu. Maka aku membungkusmu, dalam selimut waktu. 


#batpoet


tentang proses pembuatan novel Labirin Ingatan


mumpung tangannya lagi istirahat dari jarum dan benang, aku mau cerita ah gmn bisa sampe terlibat dalam produksi novel Labirin Ingatan. 

setelah lulus dari kuliah broadcast, saya malah ngga berminat buat menggeluti dunia itu. kecuali layar lebar, kalo ada lagi saya mau. hehe. 

slh satu kegemaran saya dr dulu adlh membuat segala sesuatu sendiri. kl udh kebanyakan, ya dijual. jd awalnya memang ngga sengaja jualan.sempet punya brand [kammi] handmadeproject, bikin pouch kanvas yang disulam, dengan memanfaatkan kain limbah pabrik garment dan baju2 bekas.

suatu hari jumpa  dan bertukar cerita tentang banyak hal, termasuk "do it yourself. or do it with your friends". intinya tentang bagaimana membuat basis ekonomi sendiri tanpa merugikan orang lain sekaligus melakukan sesuatu untuk lingkungan. mengingat dari kecil sudah melihat orangtua saya melakukan hal serupa, saya jadi yakin dalo dari sini saya juga bisa hidup. 

ya jadi gitu, ketemu  yang punya segambreng tulisan ajaib, saya mikir, ini sayang banget kalo ngga dibikin edisi fisik nya. kemudian  cerita tentang bagaimana ribetnya berurusan dengan para penerbit, termasuk di dlmnya merubah isi konten novel tersebut. akhirnya, saya menawarkan diri untuk bersama2 mengerjakan edisi fisik novel Labirin Ingatan ini.

setelah bikin dummy, dan disetujui oleh  barulah novel ini dipublish, untuk ditawarkan kpd siapapun yang ingin mengoleksinya. prosesnya ngga sebentar, karena harus hunting bahan yang tepat, keliling tempat fotokopian yang hasil dan harganya sesuai keinginan, juga menggambar desain untuk cover depan novel Labirin Ingatan ini, kemudian menyulamnya.



fotokopi? ya, fotokopi. buku ini ngga dicetak di percetakan, tapi difotokopi secara manual, karenanya, ngga bisa diburu-buru pengerjaannya. emblem sablonan untuk edisi print on demand dikerjakan oleh teman2 dari Instituta. tentang Instituta, diceritakan juga di dalam novel ini :)

setelah ketemu kain yang cocok untuk sampul, akhirnya habis ini masuk tahap pen-ja-hit-an! asikkkkk.... sementara menyulam untuk edisi kolektor masih kurang 4 lagi. ahaha! semangat!

kabar gembira, untuk edisi kolektor, akhirnya akan dibuat hardcover! dan tetep, bonus pouch kain. karena bener2 dikerjakan pake tangan saya yang cuma dua ini, (dibantu ibu saya kadang2. jadi kadang2 tangannya empat)... jadi harap maklum kalo pengerjaannya cukup memakan waktu. kita tetap mengecek kualitasnya satu persatu. supaya ngga mengecewakan siapapun. nunggu lem nya kering betul untuk sampulnya juga butuh satu setengah hari, dibiarkan kering secara alami, bahkan tanpa bantuan matahari.

emangnya jemuran? mesti kering pake matahari? *jitak kepala sendiri*

karena ini full handmade, harap memperlakukan buku ini dengan ekstra hati-hati ya... mau seteliti apa saya mengerjakan dan mengecek kualitasnya, tetep ngga sehabat bikinan pabrik. 

oiya ada yang ketinggalan. alasan lain kenapa buku ini diproduksi sendiri adalah untuk menghindari mass production.mass production menghasilkan limbah dan merusak lingkungan.dgn memproduksinya sendiri, kita justru bisa memanfaatkan limbah. 

master novel ini dikerjakan sendiri oleh  dan di print di atas kertas bekas. master inilah yang akhirnya diperbanyak dgn proses fotokopi dengan menggunakan materi book paper yang ringan dan ramah dengan mata kita.

yang bikin semangat ngerjain adalah, apresiasi teman2 dan keluarga akan edisi fisik novel ini sangat membahagiakan :) makin bahagia (sekaligus heran) lagi adalah, bukunya sold out dalam semalam. begitu bangun dari tidur, ada pesan dari  "bukunya sold out, mari segera dikerjakan" . saya speechless.

saya mengerjakan semua ini dengan hati yang sangat riang, jadi semoga semuanya senang. meskipun udah pake helm proyek, kecelakaan kerja tetap susah terhindarkan seperti kecolok benang, tragedi benang kusut, kesilet cutter, dll. tapi tetep, semuanya kami kerjakan dengan senang hati. :)

saya percaya yg mengoleksi novel ini adalah orang2 yang cinta dengan buku, jadi saya juga percaya pasti buku ini akan diperlakukan dgn baik. cara yang baik memperlakukan buku ini selain tidak melipat halamannya adalah tidak diajak berenang atau mandi.

doakan waktunya cukup, akan ada kejutan bonus lagi untuk yang mengoleksi buku ini, bik edisi kolektor maupun edisi print on demand. yaiy!! 

gituajasih, terima kasih sudah menyimak, maaf menuh2in timeline siang2.
sekian dan terima order apapun yang berhubungan dengan merchandise, kain, jarum dan benang. cover buku lagi juga boleh. yaksip.


novel Labirin Ingatan book one : Linimasa oleh Ervin Ruhlelana,
silakan download pdf version nya di sini:



 *from my timeline @catnish

Sunday, July 22, 2012

tentang kelinci

shio kelinci juga disebut shio kucing ternyata.
 so? am I a catborn human? @__@



Sementara orang sampai jatuh-bangun buat mengejar tujuannya, 
Kelinci tahu betul bahwa dunia masih di sini besok pagi.
Jadi, mengapa buru-buru? Mengapa tidak duduk dulu?

Bahkan mungkin Kelinci akan membuatkan teh dulu 
dan membantu Anda melupakan persaingan yang gila-gilaan di luar.

Tingkah laku Kelinci tak tercela. 
Ia memiliki teknik tersendiri, lantas untuk apa cara seperti itu? 
Kelinci sanggup menyembunyikan diri di balik jubah kesopanannya untuk meluluhkan lawannya.

saat suasana hatinya sedang baik, Kelinci dikagumi karena kelemah-lembutan dan kecerdasannya. 
seringkali pula ia dicari orang untuk nasihat-nasihatnya yang masuk akal. 

kecintaan kelinci pada perdamaian dibarengi dengan kebenciannya pada konflik. 
Kelinci bukan tipe yang dilahirkan untuk menjadi pejuang. 
Ia lebih efektif di belakang layar. 
Ia tidak terlalu memperdulikan keselamatan. 

sebab Kelinci gesit, cerdik, dan dilengkapi dengan indra yang baik buat meloloskan diri dari bahaya...

tujuan utamanya dalam hidup hanyalah kesejahteraan yang baik dan ketenangan..



*diadaptasi dari sebuah website.

Thursday, July 12, 2012

berondongan mention dari sahabat


@punyainyel

kamu tau kan, purnama selalu ada ada saja ujudnya. kadang dia bulat binar seperti bulat bola mata saya yg benderang waktu kamu berikan kado instan di sebuah mall kala lalu... 

kado jam digital yg saya suka karna banyak lampunya, ah atau karna kuning warnanya, seperti kuning purnama yg selalu nangkring di langit terlalu sore.. 

padahal sore sore kita belum lelah menjerit jerit di kotak karoke. hahaha saya rindu kotak itu. juga kotak imajinasi saya. kotak yg sempat kamu abadikan ketika di dalamnya ada saya yg sibuk berendam dengan tugas akhir kuliah... 

tugas yg terburu buru saya jemput karna saya terlanjur dijemput jemu. tapi saya tidak pernah jemu pada purnama. yg kadang berwajah sayu... 

seperti sayu wajahmu pada detik detik petualangan kita sebelum akhirnya bertahun kita terpaksa tidak bertemu...

padahal aku sama di bumi bersamamu. kenapa sepertinya purnama menculikku? 


from : @punyainyel

----

saya speechless...
terlalu merindukannya....





tentang mengenang kacamata






waktu iseng jalan ke pasar Klithikan 2008 lalu, saya jatuh cinta pada sebuah frame kacamata.
Pasar Klithikan adalah salah satu pasar yang menjual barang-barang bekas dengan harga menarik dan kualitas apik, juka kita teliti memilihnya.
frame bulat dengan corak tortoise biru-abuabu yang sederhana itu menyandang brand Michiko London koshino. sebenarnya saya tak peduli pada brand itu, saya jatuh cinta atas bentuk, warna dan beratnya yang ringan. ketika dicobakan ke wajah saya, teman saya setuju bahwa kacamata ini memang cocok dengan wajah saya.

seperti flea market pada umumnya di indonesia, jika si pembeli terlihat sangat tertarik pada satu barang, si penjual akan memasang harga yang lumayan tinggi. hal ini sudah saya antisipasi. awalnya penjual kacamata yang terkenal dengan nama Pak Bambang (orang Klithikan pasti kenal dia) ini memasang harga 300 ribu rupiah. beliau memang dikenal biasa memasang harga tinggi untuk barang-barangnya. 

setelah melewati proses tawar menawar yang cukup alot, kami sepakat di harga 75 ribu rupiah :)) yang masih dinilai terlalu mahal oleh teman saya, tapi saya tidak keberatan, karena kualitas barang ini masih sangat bagus dan layak untuk saya bawa pulang. 

pak bambang kemudian menawarkan harga 100 ribu, dengan bonus ganti lensa. lensa bening akan diganti dengan hitam 50% seperti permintaan saya. saya setuju.

lalu saya bilang sama beliau, "Pak, tapi saya baru bisa ambil dua minggu lagi, soalnya sekarang belum ada uangnya"
dan dengan baik hati beliau bilang, "Nggak papa, nanti saya simpenin, tapi ini barangnya di DP dulu ya."
dengan senyum lebar, saya memberi uang muka untuk calon kacamata baru itu padanya. 20 ribu rupiah. :D

dua minggu, saya belum bisa melunasi. haduh. ngeri kalo kacamata itu pergi. dibeli sama orang yang bisa bayar lebih tinggi. minggu ke tiga saya kembali ke Pasar Klithikan, menuju lapak Pak Bambang dan mengintip barang dagangannya. Kacamata itu masih pada tempatnya. dengan segera dan nafas lega saya pulang, sebelum Pak Bambang sadar kalau saya datang.

minggu ke empat, atau sebulan setelahnya, saya baru bisa menjemput kacamata itu. yaiy!

kemudian kacamata yang sudah menjabat sebagai sunglass saya itu menemani saya kemana-mana. naik motor, pantai, shooting, melepas senja. 

suatu hari saya seorang teman menginginkannya. dia menawarkan uang 3x lipat dari harga saya membelinya. jelas saya tolak. enak aja. buakan harganya, tapi perjuangan dapetinnya! hahaha...

awal 2012 ini seorang teman baik memberi saya sunglass jenis wayfarer dengan corak tortoise warna cokelat-hitam. tanpa brand apa-apa. tapi kacamata ini tampak tangguh dan kokoh. katanya kacamata itu lebih bagus kalau saya yang pakai. 

jadilah saya punya dua sunglass :)

sampai pada suatu hari kekasih saya tidak sengaja meninggalkan sunglass nya di sebuah rumah di kota tempat dia singgah, dan dia pantang mengambil barang yang tertinggal. "it's belong there", katanya :)

akhirnya saya menitipkan padanya sunglass Michiko London saya. saya tahu dia membutuhkannya. yang pasti kacamata itu akan sedikit membantu bila dalam perjalanannya ia menemui badai debu atau terik matahari. 

"take care with life", pesan saya.
hahaha...

pada sebuah persinggahannya di pesisir Jawa Tengah, sebuah pantai yang indah, kekasih saya dan teman-temannya menamakannya Pantai Amnesia. mungkin karena kalau udah di sana kita ngga akan ingat apa-apa, hanya akan memuja keindahan semesta. 

sore itu ada telepon dari kekasih saya, dia bercerita tentang betapa indahnya semesta dari sana. matahari tenggelam - Holy Sunset yang sangat keren, langit malam yang bersih dan penuh bintang, kemudian dia melihat sebuah cahaya yang bergoyang-goyang diantara bintang. tidak mungkin meteor atau bintang jatuh, karena gerakannya tak beraturan. kekasih saya meyakininya sebagai UFO, dan saya hanya berdoa supaya dia tidak diculik alien, karena di pada percakapan malam itu dia sekaligus berpamitan, jika tiba-tiba dia hilang, alien yang patut disalahkan. 

paginya ia kembali menghubungi saya, bercerita tentang Holy Sunrise yang pecah di sela-sela dua bukit seperti pemandangan yang dulu saya gambar di atas kertas waktu kecil, mungkin semua orang pernah melakukan hal yang sama. terima kasih Tuhan, dia tidak diculik alien.

satu jam setelahnya, telepon saya kembali bernyanyi. kekasih saya nelpon lagi. tumben, biasanya ngga sesering ini dia menghubungi saya, pasti ada apa-apa.

kalimat pertama yang diucapkan adalah : "sayang, maaf ya...."
saya langsung menjawab : "kenapa? kacamata ya?"

kemudian dia bercerita tentang Michiko London yang tiba-tiba menghilang, padahal dia sangat yakin sudah memasukkan kacamata sexy itu ke dalam tas nya. kemudian dia sudah berusaha mencari dengan menelusuri kembali jejalanan yang dilewati, tapi si sexy tetap ngga ditemui. padahal pantai itu sepi sekali. 

saya hanya tersenyum. "ya sudah, dia sudah memilih untuk pergi..." kata saya dalam hati.
dengan nada tenang pula saya meredakan rasa bersalah kekasih saya karena ia merasa tidak menjaga kacamata itu dengan baik. 

kemudian saya tersadar, kacamata itu bukan milik saya, kacamata itu milik semesta. dan semesta menjemputnya pulang di pantai Amnesia. tempat yang sangat indah, bukan?

semua ini saya tulis hanya untuk mengenang kacamata itu, kacamata yang bukan milik saya tetapi saya sangat menyayanginya. dan dia sudah kembali pada semesta.

dan di foto ini, itu terakhir kali saya memakainya dan difoto secara proper. hahaha...

terima kasih, kacamata, sudah pernah mampir dan menemani perjalanan saya...


Wednesday, July 11, 2012

sudahlah, kita semua pantas bahagia...

Seperti di Mars, melihat Burma, dan menyendiri



Berkunjung ke sebuah pembukaan festival film ber-genre dokumenter di kota yang saya cintai ini, membuat saya semakin memahami bahwa di kota kecil ini, hal apapun bisa mendapat apresiasi yang baik dari masyarakatnya. Cukup ramai. Dengan semua orang yang berwajah riang, saling menyapa, tertawa, bertukar cerita tentang entah apa. Semua orang terlihat seperti mengenal semua orang di sini. Tetapi itu tidak terjadi pada saya. Saya merasa seperti berada di mars (Sedikit mengutip dari kata-kata rangkaian Jimi Multhazam, tetapi memang itu yang paling tepat untuk diungkapkan sekarang). Tapi saya menikmatinya. Kesendirian di tengah keramaian. Sunyi di tengah hingar-bingar. Menjadi tak kasat mata di tengah euphoria yang sedang terkumandang.


Saya mengenal wajah-wajah itu. Beberapa sering saya temui raut mukanya pada event-event yang saya datangi, yang dikenal sebagai orang-orang penting di bidang mereka. Ada salah satu dari mereka yang sudah semakin ternama, tetapi masih ingat saya. Dia menyapa. Senangnya. Semakin kagum saya padanya.

Acara malam ini dibuka dengan suguhan musik menghanyutkan yang ditampilkan dengan sangat baik oleh Armada Racun yang tampil secara akustik dan tetap dengan sentuhan electro-clash dari synthesizer serta gesekan kasar dari biola klasiknya. Sungguh. Musik seperti itulah yang saya butuhkan di planet mars ini. Terima kasih Tuhan.

Memasuki ruang pemutaran film pembuka festival ini, kami, para pengunjung, disambut oleh sepasang Dimas-Diajeng Yogyakarta yang memang didaulat untuk menjadi pembawa acara. Ini bukan keahlian mereka. penonton lebih tertarik untuk menutupi wajah mereka dengan katalog yang lebar, dan membaca beberapa review film.

Politik. Menjadi tema besar festival ini. Politik. Memang selalu marak dibicarakan. Politik. Tidak pernah habis dibicarakan. Politik. Sebuah topik yang benar-benar sedang membara diserukan di mana-mana. Politik. Berhubungan dengan sistem pemerintahan pada sebuah negara. Berbicara tentang politik sekarang ini sama dengan berbicara tentang ketimpangan di sana dan di sini. Rakyat yang tidak puas atas kinerja dan kebijakan pemerintahnya.

Dokumenter dengan titel 'Burma VJ' diputuskan sebagai film pembuka. Sebuah rangkaian footage yang direkam secara sembunyi-sembunyi oleh jurnalis Democratic Voice of Burma (DVB) yang mempertaruhkan keselamatan jiwa dan nyawa mereka demi meliput aksi protes besar-besaran yang dilakukan rakyat Burma. atas satu konflik yang tak kunjung selesai. belasan tahun. para Bhiksu turun ke jalan pada akhirnya. Atas nama pembelaan pada rakyat kecil semuanya. Para Bhiksu yang tabu untuk dicaci, malah ditangkapi, dipukuli, dibunuhi. Para bhiksu telah mati. apa yang terjadi? mereka (para reporter DVB) pun akhirnya hilang. ditangkapi. dipukuli. mungkin juga dibunuhi. semua ini demi. demi mempertontonkan kepada dunia betapa tidak adilnya pemerintahan mereka pada rakyat di sana. 

Dan setelahnya, Armada Racun kembali mengalun. Aku mulai menemukan beberapa wajah dan suara yang kukenal. Menyapa. Sedikit berbicara. Ambillah katalog festival ini disana, kataku. Kemudian mereka berlalu. Aku hanya beralasan padahal. Agar aku bisa sendirian.

Mungkin seseorang yang memandang akan melihat saya dengan tatapan aneh. Ada seorang perempuan memakai rok merah macam klit Skotlandia, berbaju lengan panjang hitam dengan gambar siluet kucing sebesar punggungnya, memakai kacamata merah maroon, duduk sendirian di pojokan, di bawah pohon beringin dengan tatapan yang tidak lepas dari layar telepon genggamnya yang pintar. Dan saya tidak peduli. Jari-jari saya masih asik mengetik.




*terima kasih pada dia yang mengundangku datang malam itu.


ini link untuk trailer film dokumenter Burma VJ : http://www.youtube.com/watch?v=V08EBWQLzyU



----
archive, ditulis pada 9 December 2009



lelah bercinta



Mari sejenak tidak memikirkan masalah cinta
Dunia tidak akan berakhir jika kita tidak bercinta
Mungkin memang kita harus beristirahat memikirkan cinta
Mungkin seharusnya kita memikirkan bagian lain dari kehidupan kita 
yang sedikit terlupa

Apakah kamu tidak lelah membicarakan cinta?
Apakah kamu tidak lelah membicarakan rasa?
Sedang terkadang, kita sendiri lupa akan hati dan rasa kita
Terlalu sibuk memikirkan masalah cinta.

Sudahlah..
Mari sejenak tidak memikirkan masalah cinta


Jogjakarta, ketika lelah berbicara tentang cinta.


---
archive, wrote on October 1st, 2009
untuk seorang teman yang hampir terbunuh saat itu

terima kasih telah berusaha menghapus semua tentangku dari ingatanmu.



terima kasih telah berusaha menghapus semua tentangku dari ingatanmu. 


dengar. 
aku pun lelah dengan semua permainan
ingin muntah mendengar semua bualan
aku tidak akan melupakan semua sayatan 

aku tetap menjadi aku. 
tetap menyukai malam dan gemerlap lampunya, 
hujan dan jalanan basah setelahnya, yang dengan indah memantulkan cahaya, 
serta bulan sabit dan semua galaksi yang menemaninya. 

karena secuil kenangan tentangku mungkin akan merusak sisa hari yang kamu punya. 
maka hapus saja semua.


-archive, wrote on 22 January 2010

Tuesday, July 3, 2012

bulan purnama ada dua, aku memandangnya tanpa kacamata.

purnama memerah dan wajahku berdarah



Purnama memerah dan wajahku berdarah. mengingatkanku pada malam-malam di mana aku terjamah, cintamu yang punah

Purnama memerah dan wajahku berdarah. tersayat-sayat amarah yang kembali basah. dan ingatan-ingatan ini akan tetap terasah

Purnama memerah dan wajahku berdarah. hitam kemerahan menahan gairah. membuncah! pecah!

Purnama memerah dan wajahku berdarah. bias-bias cincin di sekelilingnya seperti bunga merekah. seperti perawan desa sebelah.

Purnama memerah dan wajahku berdarah. merindukan genggaman tangan di sela-sela jari yang basah.


Friday, June 29, 2012

setelah mata terbuka



Seperti pagi, memulai hari para pemimpi yang berharap selalu akan ada pagi yang seperti ini.

Ah, pagi... Kekasihmu selalu teringat seperti apa sinar yang menembus jendela melalui tralis besi dan membangunkannya dari mimpi...

Seperti pagi, berharap bertemu malam, dan malam yang terus menyanyikan doa untuk berjumpa dengan pagi, merajut mimpi mereka sendiri-sendiri.

malam hanya berharap mengecup pundak pagi,membangunkannya untuk memulai hari , memancarkan sinar utk seluruh bumi

Seperti kamu yang memohon pada kekasih untuk menjaga dan merawat hatimu, kini ia memohon padamu, "jangan biarkan terbuka lagi lukaku"

Selamat pagi, jangan lupa berdoa sebelum makan ya teman-teman, jangan cuma motret makanan lalu upload ke Instagram...

Pernahkah membayangkan berdansa dengan iringan Amanda Palmer yang melagukan Exit Music? Terkadang, mengalami kejadian yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya justru akan selalu diingat seterusnya... :)

salah satu cara menyelamatkan tweet adalah posting ke note nya multiply :)))

semesta itu baik. dia tidak akan mewujudkan niat jahat seseorang. yang punya niat jahat pun ngga akan dijahatin. see?

"Kau tahu akibatnya jika trlalu lama membiarkan seseorang menunggu? Kemungkinannya hanya dua: dia akan mencoba lbh sabar, atau bosan & marah" --- teks pada sebuah cerpen

Air tidak selalu bisa mengalahkan api. Bisa saja mereka mendidih bersama, menghancurkan ekspektasi musuh-musuhnya.

Thursday, June 28, 2012

terserah kamu hendak membunuh dengan cara apa. saya punya nyawa sembilan.



April 2009. seorang sahabat mencoba menginterpretasikan tentang saya.
saya yang berdiri mati-matian atas nama cinta yang dipersembahkan kepada seseorang. 
ketika saya menjadi kecanduan rasa kesakitan. 



terserah kamu hendak membunuh dengan cara apa. saya punya nyawa sembilan. - Isnielma 


Dedicated For Disorder Sufferer: Sahabat Yang Pernah Hampir Terbunuh Hal Itu

Saya sudah bersiap lebih matang, bahkan mengalahi tentara yang akan maju ke medan perang. Karna saya tau, rasa sakit ini lebih mematikan. Meski saya tidak mengenakan baju baja, paling tidak saya punya nyawa sembilan ketika kamu menembaki saya tepat pada bagian dada. Dan memang saya belum pernah berlatih di sekolah marinir tentang bagaimana cara mempertahankan diri dalam serangan amunisi. Tapi percayalah saya punya nyawa sembilan ketika kamu membombardir hidup saya dengan cinta yang berdarah darah. Dan gas beracun yang tiap kali musti saya hirup, juga hunusan pedang, atau kamu menjatuhkan saya begitu saja setelah kamu membawa saya ke pada ketinggian seribu juta kaki saya melangkah menyeret tabah. Terserah kamu mau membunuh saya dengan cara apa. Saya punya nyawa sembilan. Karna setiap hari saya sudah berlatih mati. Sendiri.



----
sahabat saya itu kini sedang berjuang sendirian meyakinkan dunia atas pilihannya. hampir empat tahun kami tidak berjumpa. semangatnya yang getir masih tersimpan dengan baik di dalam saya. 
dia adalah orang pertama yang mengajak saya untuk mencintai Purnama. padahal waktu itu saya sedang tergila-gila dengan Matahari dan tamparan sinarnya. 
saya merindukannya, dan cerita-cerita yang dia lantunkan ketika kami bersama-sama duduk di bawah langit hitam dan menatap gugusan bintang. 

semoga dia benar-benar sudah menjadi setegar batu karang, sekarang.

Tuesday, June 26, 2012

benang-benang tak kasat mata



benang-benang tak kasat mata menghubungkan kedua telapak tangan dan mengikat erat jemari kita meskipun tangan kita sedang tidak saling menggenggam.

benang-benang tak kasat mata menghubungkan kedua bibir kita hingga mereka tetap dapat merasakan getaran elektrik yang membangkitkan imajinasi menggelitik meskipun mereka tidak saling berpagutan.

benang-benang tak kasat mata menghubungkan kedua jantung kita untuk tetap merasakan denyut kehidupan meskipun jantung tidak pernah berdetak secara bersamaan. 

benang-benang tak kasat mata menghubungkan kedua hati kita dan karenanya hati bisa ikut berdetak seperti jantung, di setiap perjalanan menuju perjumpaan.

benang-benang tak kasat mata menghubungkan kedua pasang kaki kita, menjaga mereka agar tetap berjalan pada satu arah tujuan yang sama : terang.

benang-benang tak kasat mata menghubungkan keseluruhan aku dan kamu agar kita tetap menjadi satu.

Saturday, June 23, 2012

Sebenarnya, Purnamaku, seharusnya cintamu saja cukup untukku.

 


tapi coba lihat ke dalam aku yang bersikeras menjadi setegar karang ditempur ombak dikikis masa, masih saja merasa memilikimu.

 

ah,

masih saja aku dikuasai rasa memiliki padahal kamu hanya milik dirimu sendiri seperti halnya aku hanya milik diriku sendiri padahal ribuan kali sudah kita membicarakan hal ini.

masih saja aku diperbudak rasa cemburucemburu itu padahal aku tau kamu tidak memberikan cinta padanya seperti kamu memberikan cintamu padaku.

 

sayang, masihkah aku pantas berada di sampingmu setelah rasarasa itu masih dan massih saja menghampiri dan menguasai pikiranku?

 

usir mereka, sayang, rasarasa itu. aku tidak lagi mau mereka menghantuiku. aku tidak lagi mau mereka menghantui kita. karena sekarang KITA, bukan lagi AKU atau KAMU.

 

sebelum mereka menggerogoti percayaku padamu, melunturkannya.

sebelum mereka menggerogoti cinta yang kubangun megah untukmu, meruntuhkannya.

 

karena mereka memaksaku menjadi debu yang tidak tersapu di belakang pintu kamarmu yang menyimpan kenangan cemburu itu.

 

karena mereka memaksaku mencoba menjadi bangkai kecoa yang terjengakang dan tidak lagi bisa membalikkan tubuhnya kemudian merontaronta mengejangejang hingga mati di selasela lemarimu.

 

Sebenarnya, Purnamaku, seharusnya cintamu saja cukup untukku.

jauh

duduk diam memandangimu yang berada di luar jarak pandang merekam lamunmu yang tak dapat kubaca, dan diammu yang tak dapat kuterka. seny...