Wednesday, April 29, 2009

benar atau salah

dengarkan. aku sedang menjalani fase kehidupan kedua. sebagian bilang benar, sebagian lagi bilang salah. bahkan lebih parah. mereka marah-marah.
aku sedang membicarakan tentang kesempatan. semua orang punya hak untuk menunjukkan apa yang dia punya. dan aku memberikan kesempatan itu padaya.
mereka bilang aku bodoh. aku hanya membuang waktu. orang seperti dia tidak akan berubah.

hmm..

dengarkan. aku tetap dengan caraku. aku tetap dengan keputusanku.
aku yang menjalani hidupku. bukan mereka.

darmawangsa, 29.04.09

menerima

adalah sebuah kenyataan yang sulit.
menerima semua yang ada tanpa harus bertanya kenapa.
tapi kamu bisa.

baru saja berpikir, aku harus banyak menyerap kemampuanmu.

tidak lagi mempertanyakan sebab, hanya mencerna apa yang ada, kemudian menerima.


darmawangsa, 29.04.09


Friday, April 24, 2009

aku mengingatnya lagi

takut. sakit. marah.
itu yang aku rasakan
ketika mengingat peristiwa yang lalu.
suatu hari dimana kamu menghujamku.

aku sakit. dan menjadi sebuah trauma yang tidak mungkin hilang begitu saja.
dapatkah kamu merasakan sakitku?
dapatkah kamu mengerti rasaku?

sekarang, sakit itu masih tetap ada.
tinggal dan terpatri di dalam hati.

apa lagi yang kamu mau?
memintaku kembali, untuk kemudian kamu sakiti lagi?
menutupinya dengan segala kebaikan yang ada padamu kini?

maaf. aku tidak bisa.

 sakit ini. luka ini. terlanjur tinggal. dan menetap di sini.


darmawangsa, 24.04.09
ketika mengingat peristiwa itu

Thursday, April 23, 2009

darimu

Nissa

Dengan segala kerendahan hati, aku mohon maaf atas segala salah dan khilaf yg aku kasih ke kamu selama ini, maaf atas resah, maaf atas airmata, maaf atas gelisah, maaf atas kebencian. Aku yg salah, yg sudah menyebakan ini terjadi, tidak seharusnya kamu seperti ini.

Pengecut.... Ya itulah aku, laki2 pengecut yg terlalu berani memulai ini semua, keberanian ku cuma sebatas di ruang mimpi dan imaji. Mengajak kamu bermain di taman indah yg aku karang, duduk di tepi danau yg aku cipta, tapi semua itu cuma ada di ruang mimpi dan imaji laki2 pengecut. Ga seharusnya aku membatasi ruang gerak mu yg lincah, ga seharusnya aku mencegah laki2 pemberani yg lain untuk bersandar di hatimu. Ga seharusnya aku mentato namaku di otakmu, salah ku..., ya memang semua salahku. Yg mencuri sedikit hati ini untuk diberikan kepadamu.

Hari ini terasa berat, tapi aku harus melangkah, dengan segala cita dan hayalku. Kamu juga harus tetap berjalan untuk gapai cita dan hayalmu. Jangan tanya kenapa ??? Karna jawabnya hanya sesak dan resah. Coba endap ini semua dalam dada dan kepala, percaya kamu akan temukan jawabnya, jawab yg kamu karang sendiri.

Bosan kamu memaaafkan aku.

*sebuah surat elektronik yang kuterima beberapa jam setelah aku terakhir kali memandangmu*

yang terakhir

Mungkin ini menjadi malam terakhir aku menikmatimu. Memandangimu. Mendengar dengan jelas suaramu. Menghirup dalam-dalam aroma wewangian yang muncul dari tubuhmu. Memperhatikan jemarimu. Membayangkan aku mengusap kepalamu. Membayangkan kamu mencium keningku. Memeluk bayanganmu. Mencari celah dan menyelinap ke dalam mimpimu. Mengikuti alur dan ritme ciptaanmu. Memanjakan mataku dengan pemandangan dirimu. Mengingat kembali semua yang pernah kulalui bersamamu.
Dan kamu? Tetap dengan rasamu yang tidak bersahabat dengan rasaku. Aku tak akan mengganggu rasamu. Jangan larang aku. Aku hanya mau menikmati itu semua, untuk yang terakhir.

Depok, 20.04.09 malam terakhir merahputih.

tak kupikirkan lagi

Sudah tak kupikirkan lagi rasaku.
Aku hanya menikmati sisa waktu yang bisa aku lalui bersamamu.
Itu saja.

Sudah tak kupikirkan lagi sakitku.
Yang aku inginkan saat ini adalah memelukmu.
Karena aku tak tau,kapan aku bisa bertemu lagi denganmu.
Itu saja.




Depok,20.04.09

dari belakang

Aku mulai menikmati pemandangan ini.
Memandangimu dari belakang.
Membayangkan seandainya aku bisa memelukmu tiba-tiba.
Membayangkan seandainya aku bisa punya banyak waktu untuk membagi semua penatku dengan kamu.
memperhatikanmu yang sibuk dengan tanganmu yang mencatat sesuatu,tanpa henti.
Semua yang ada padamu,mulai bisa aku menikmatinya.
Meski hanya dari belakang.

Depok,20.04.09

Wednesday, April 22, 2009

cerita tentang temanku

Seorang temanku memandang ke luar, menyibak sedikit vitrase di jendela.
Memandang nanar ke arah kamar seberang, seolah ia masih bisa melihat separuh hatinya di sana.
Di kepalanya terbayang tentang apa yang akan terjadi nantinya.
Menundukkan kepala, menutup kembali vitrase, kemudian perlahan mundur menjauhi jendela.

Depok, 20.04.09 melihatnya memaya.

meradang



rasa ini semakin meradang seperti gersang di padang lapang.
rasa yang mana? 


entah.. rasa yang mana..



jagorawi, 9 april 2009

this day 1

memulai hari dengan tangisan
kesalahan terlanjur terjadi dan penyesalan datang kini
mulai menyalahkan diri sendiri
semoga esok tidak begini
semoga.

kamu?
tolong. aku ingin mulai menghapusmu. sungguh.
kamu dengan segala pesonamu.
kamu dengan segala apa yang membuatku membiru.
aku akan membuatnya menjadi serpihan debu kosmik dan meniupmu.

aku sadar, dirimu semu.
aku tidak mau terus merasakan rasaku atas kamu
segera aku hapus, dan kusimpan dalam kantung mataku.

nyata atau semu



memelukmu. menghirup nafasmu. setubuhi aroma tubuhmu. 
nikmati kecupanmu. hanyut dalam ritme indah ciptaanmu.
coba mencerna dirimu. nyata atau semu?

aku benci mengingatmu

ruangan ini semakin membuat tulangku pegal-pegal
dinginnya masuk menusuk melalui pori-pori kulitku.
dan aku benci, karena aku mengingatmu.

bisa-bisanya aku merasakan sakit seperti ini lagi
perih sampai ke dalam jantung
sehingga memperlambat kemampuannya untuk berdetak.
ini semua karena aku mengingatmu.

aku tau aku tak boleh meratap
aku tau aku tak boleh berharap
aku tau kamu tidak mau tau
tapi aku mau kamu tau
aku sakit mengingatmu....

silence

aku punya hatiku. dan kamu punya hatimu.
aku punya rasaku. dan kamu punya rasamu.
kita akan selalu berjalan dengan rasa yang kita miliki sendiri-sendiri.
kamu tidak peduli dengan rasaku.
dan aku harap, aku tidak peduli dengan rasamu.

lagi-lagi tentang rasa.
aku lelah membicarakannya.
aku mulai lelah menulis tentangnya.
semakin aku membahasnya, apa yang kurasakan semakin menggila.

aku benci kamu yang mengisi hatiku.
aku benci kamu yang tak peduli akan rasaku.
aku benci kamu tapi tak tau kenapa,
aku masih saja punya rasa ini untukmu.

apa harus kututup saja hatiku
apa harus kututup saja mataku
agar aku tak bisa lagi rasakanmu.
agar aku tak bisa lagi melihatmu.

tadi malam

tadi malam bintang banyak sekali
tapi tak ada lagi kamu yang bisa diajak berbagi
berebut yang mana milikku yang mana milikmu
atau kamu minta tujuh bintang dariku karena kepalamu sedang pusing

tadi malam bintang yang paling terang itu ada lagi
masih di tempatnya seperti di awal
tapi tak ada lagi kamu yang meminta bintang terang itu dariku
lalu menggantinya dengan bintang terang yang kecil di sebelahnya
agar kita bisa tetap berdampingan. ujarmu.

tadi malam aku merindukanmu
rindu yang tidak dapat kusampaikan padamu
rindu yang tidak dapat kubagi dengan siapapun
rindu yang aku nikmati sendiri, bersama bintang-bintang
yang tadi malam jadi milikku, semuanya.
yang seperti rinduku.
tidak kubagi denganmu.

31.01.2009

perferct last night? no.


dua jiwa dan raga bersatu.
menyatu, berpadu, beradu.
hangatnya deru nafas semakin membuat malam ini menjadi
malam terakhir yang sempurna.

ketika kamu memelukku dengan erat dan sangat hangat
dan seolah kata-kata yang lancar terurai dari bibir hangatmu adalah
aku tak ingin pergi dari sini, aku ingin sampai mati begini.

ketika tanganku dan tanganmu berpautan dengan sangat erat dan hangat
dan seolah dua tangan yang saling menggenggam itu memiliki arti
jangan lepaskan genggaman ini, aku ingin sampai mati begini.

ketika dua pasang kaki berpijak pada sebuah batu besar yang kokoh
dan seolah kaki-kaki yang menapak ini mengandung sebuah makna
kita berdua harus selamanya di sini, aku ingin sampai mati begini

dan ketika aku menatap pada sesuatu yang nyata, yang kasat mata,
sepasang jiwa dan raga yang berdekapan itu
dua pasang tangan yang saling menggenggam itu
dan dua pasang kaki yang berpijak pada batu yang kokoh itu
ternyata kulihat sedang berjalan sendiri-sendiri
yang satu menuju sebuah rumah yang sedang mulai terisi
dengan sendirinya,
yang satu mengikuti dari belakang, dan ketika tengah dekat,
dia hanya diam, dari balik pohon kenangan,
dan terus menatap jiwa yang satunya dari kejauhan.

.....

air mata itu turun lagi. aku hampir tidak menyadarinya.
kukira air mata ini telah habis.
jangan menangis. katamu. tak ada yang perlu ditangisi. menurutmu.
pikirkan saja sendiri rasamu. aku sedang menghadapi rasaku.
sakit. tapi aku mencintai sakit ini. kata hati kecilku.
karena sakit ini adalah sakit atas kamu.
yang tetap tidak dapat kuraih.
bahkan mungkin lebih mudah menggapai bintang.
daripada menggapaimu.


terus saja kau melihat ke langit-langit.
dengan bermacam pikiran yang sedang berputar-putar dalam otakmu.
dan aku akan terus menatapmu. selagi aku bisa..


908, 29 maret 2009

jauh

duduk diam memandangimu yang berada di luar jarak pandang merekam lamunmu yang tak dapat kubaca, dan diammu yang tak dapat kuterka. seny...