delapanbelas jam perjalanan menuju kembali ke kota.
kota jahat yang sama sekali tak bersahabat.
memulai hari dengan polusi sama sekali bukan ide yang baik.
tapi sudahlah, sampah udara harus kuhadapi setiap hari untuk sementara ini.
lalu sakit kepala tidak mau pergi.
hinggap pada kepala dan berlari-lari.
berpindah ke sana-kemari.
aku sedang muak dengan jarak.
malam ini semesta menenangkanmu dengan arak.
arak mengelabuhimu.
katanya kamu punya kekasih yang tidak mencintaimu.
apa buktinya? kekasihmu mengejar, bertanya dengan gusar.
buktinya ia lebih memilih mempertahankan seleranya yang murahan ketimbang mendengarkan lagu-lagu yang kau ciptakan.
oh Semesta,
lalu kemana larinya semua peluh-peluh itu?
kemudian tentang ekor yang selalu kupancang
jika memang aku membuatmu terkekang maka lebih baik aku yang menghilang.
tenanglah.
kebebasanmu tidak akan terbang.
sebab aku sedang beranjak mengemasi serpihan-serpihan kemesraan dan menguburnya, lalu pulang...
No comments:
Post a Comment