Sunday, July 29, 2012

rindu pada teras #batpoet



merindukan rindu yang bukan padamu saja tapi juga untuk dia, di tempat yang tiada bahaya, terbawa katakata ke sana, ke surga. 

rindu-rindu tanpa kata yang menguap semuanya. Langit tahu segalanya. 

Rindu pada doa-doa pada altar pelaminan yang diiringi arus pernikahan sungai suci dalam perjalanannya yang panjang.

Pada rindu yang sekeras batu, arus deras pun lelah mengikismu. Maka aku membungkusmu, dalam selimut waktu. 


#batpoet


tentang proses pembuatan novel Labirin Ingatan


mumpung tangannya lagi istirahat dari jarum dan benang, aku mau cerita ah gmn bisa sampe terlibat dalam produksi novel Labirin Ingatan. 

setelah lulus dari kuliah broadcast, saya malah ngga berminat buat menggeluti dunia itu. kecuali layar lebar, kalo ada lagi saya mau. hehe. 

slh satu kegemaran saya dr dulu adlh membuat segala sesuatu sendiri. kl udh kebanyakan, ya dijual. jd awalnya memang ngga sengaja jualan.sempet punya brand [kammi] handmadeproject, bikin pouch kanvas yang disulam, dengan memanfaatkan kain limbah pabrik garment dan baju2 bekas.

suatu hari jumpa  dan bertukar cerita tentang banyak hal, termasuk "do it yourself. or do it with your friends". intinya tentang bagaimana membuat basis ekonomi sendiri tanpa merugikan orang lain sekaligus melakukan sesuatu untuk lingkungan. mengingat dari kecil sudah melihat orangtua saya melakukan hal serupa, saya jadi yakin dalo dari sini saya juga bisa hidup. 

ya jadi gitu, ketemu  yang punya segambreng tulisan ajaib, saya mikir, ini sayang banget kalo ngga dibikin edisi fisik nya. kemudian  cerita tentang bagaimana ribetnya berurusan dengan para penerbit, termasuk di dlmnya merubah isi konten novel tersebut. akhirnya, saya menawarkan diri untuk bersama2 mengerjakan edisi fisik novel Labirin Ingatan ini.

setelah bikin dummy, dan disetujui oleh  barulah novel ini dipublish, untuk ditawarkan kpd siapapun yang ingin mengoleksinya. prosesnya ngga sebentar, karena harus hunting bahan yang tepat, keliling tempat fotokopian yang hasil dan harganya sesuai keinginan, juga menggambar desain untuk cover depan novel Labirin Ingatan ini, kemudian menyulamnya.



fotokopi? ya, fotokopi. buku ini ngga dicetak di percetakan, tapi difotokopi secara manual, karenanya, ngga bisa diburu-buru pengerjaannya. emblem sablonan untuk edisi print on demand dikerjakan oleh teman2 dari Instituta. tentang Instituta, diceritakan juga di dalam novel ini :)

setelah ketemu kain yang cocok untuk sampul, akhirnya habis ini masuk tahap pen-ja-hit-an! asikkkkk.... sementara menyulam untuk edisi kolektor masih kurang 4 lagi. ahaha! semangat!

kabar gembira, untuk edisi kolektor, akhirnya akan dibuat hardcover! dan tetep, bonus pouch kain. karena bener2 dikerjakan pake tangan saya yang cuma dua ini, (dibantu ibu saya kadang2. jadi kadang2 tangannya empat)... jadi harap maklum kalo pengerjaannya cukup memakan waktu. kita tetap mengecek kualitasnya satu persatu. supaya ngga mengecewakan siapapun. nunggu lem nya kering betul untuk sampulnya juga butuh satu setengah hari, dibiarkan kering secara alami, bahkan tanpa bantuan matahari.

emangnya jemuran? mesti kering pake matahari? *jitak kepala sendiri*

karena ini full handmade, harap memperlakukan buku ini dengan ekstra hati-hati ya... mau seteliti apa saya mengerjakan dan mengecek kualitasnya, tetep ngga sehabat bikinan pabrik. 

oiya ada yang ketinggalan. alasan lain kenapa buku ini diproduksi sendiri adalah untuk menghindari mass production.mass production menghasilkan limbah dan merusak lingkungan.dgn memproduksinya sendiri, kita justru bisa memanfaatkan limbah. 

master novel ini dikerjakan sendiri oleh  dan di print di atas kertas bekas. master inilah yang akhirnya diperbanyak dgn proses fotokopi dengan menggunakan materi book paper yang ringan dan ramah dengan mata kita.

yang bikin semangat ngerjain adalah, apresiasi teman2 dan keluarga akan edisi fisik novel ini sangat membahagiakan :) makin bahagia (sekaligus heran) lagi adalah, bukunya sold out dalam semalam. begitu bangun dari tidur, ada pesan dari  "bukunya sold out, mari segera dikerjakan" . saya speechless.

saya mengerjakan semua ini dengan hati yang sangat riang, jadi semoga semuanya senang. meskipun udah pake helm proyek, kecelakaan kerja tetap susah terhindarkan seperti kecolok benang, tragedi benang kusut, kesilet cutter, dll. tapi tetep, semuanya kami kerjakan dengan senang hati. :)

saya percaya yg mengoleksi novel ini adalah orang2 yang cinta dengan buku, jadi saya juga percaya pasti buku ini akan diperlakukan dgn baik. cara yang baik memperlakukan buku ini selain tidak melipat halamannya adalah tidak diajak berenang atau mandi.

doakan waktunya cukup, akan ada kejutan bonus lagi untuk yang mengoleksi buku ini, bik edisi kolektor maupun edisi print on demand. yaiy!! 

gituajasih, terima kasih sudah menyimak, maaf menuh2in timeline siang2.
sekian dan terima order apapun yang berhubungan dengan merchandise, kain, jarum dan benang. cover buku lagi juga boleh. yaksip.


novel Labirin Ingatan book one : Linimasa oleh Ervin Ruhlelana,
silakan download pdf version nya di sini:



 *from my timeline @catnish

Sunday, July 22, 2012

tentang kelinci

shio kelinci juga disebut shio kucing ternyata.
 so? am I a catborn human? @__@



Sementara orang sampai jatuh-bangun buat mengejar tujuannya, 
Kelinci tahu betul bahwa dunia masih di sini besok pagi.
Jadi, mengapa buru-buru? Mengapa tidak duduk dulu?

Bahkan mungkin Kelinci akan membuatkan teh dulu 
dan membantu Anda melupakan persaingan yang gila-gilaan di luar.

Tingkah laku Kelinci tak tercela. 
Ia memiliki teknik tersendiri, lantas untuk apa cara seperti itu? 
Kelinci sanggup menyembunyikan diri di balik jubah kesopanannya untuk meluluhkan lawannya.

saat suasana hatinya sedang baik, Kelinci dikagumi karena kelemah-lembutan dan kecerdasannya. 
seringkali pula ia dicari orang untuk nasihat-nasihatnya yang masuk akal. 

kecintaan kelinci pada perdamaian dibarengi dengan kebenciannya pada konflik. 
Kelinci bukan tipe yang dilahirkan untuk menjadi pejuang. 
Ia lebih efektif di belakang layar. 
Ia tidak terlalu memperdulikan keselamatan. 

sebab Kelinci gesit, cerdik, dan dilengkapi dengan indra yang baik buat meloloskan diri dari bahaya...

tujuan utamanya dalam hidup hanyalah kesejahteraan yang baik dan ketenangan..



*diadaptasi dari sebuah website.

Thursday, July 12, 2012

berondongan mention dari sahabat


@punyainyel

kamu tau kan, purnama selalu ada ada saja ujudnya. kadang dia bulat binar seperti bulat bola mata saya yg benderang waktu kamu berikan kado instan di sebuah mall kala lalu... 

kado jam digital yg saya suka karna banyak lampunya, ah atau karna kuning warnanya, seperti kuning purnama yg selalu nangkring di langit terlalu sore.. 

padahal sore sore kita belum lelah menjerit jerit di kotak karoke. hahaha saya rindu kotak itu. juga kotak imajinasi saya. kotak yg sempat kamu abadikan ketika di dalamnya ada saya yg sibuk berendam dengan tugas akhir kuliah... 

tugas yg terburu buru saya jemput karna saya terlanjur dijemput jemu. tapi saya tidak pernah jemu pada purnama. yg kadang berwajah sayu... 

seperti sayu wajahmu pada detik detik petualangan kita sebelum akhirnya bertahun kita terpaksa tidak bertemu...

padahal aku sama di bumi bersamamu. kenapa sepertinya purnama menculikku? 


from : @punyainyel

----

saya speechless...
terlalu merindukannya....





tentang mengenang kacamata






waktu iseng jalan ke pasar Klithikan 2008 lalu, saya jatuh cinta pada sebuah frame kacamata.
Pasar Klithikan adalah salah satu pasar yang menjual barang-barang bekas dengan harga menarik dan kualitas apik, juka kita teliti memilihnya.
frame bulat dengan corak tortoise biru-abuabu yang sederhana itu menyandang brand Michiko London koshino. sebenarnya saya tak peduli pada brand itu, saya jatuh cinta atas bentuk, warna dan beratnya yang ringan. ketika dicobakan ke wajah saya, teman saya setuju bahwa kacamata ini memang cocok dengan wajah saya.

seperti flea market pada umumnya di indonesia, jika si pembeli terlihat sangat tertarik pada satu barang, si penjual akan memasang harga yang lumayan tinggi. hal ini sudah saya antisipasi. awalnya penjual kacamata yang terkenal dengan nama Pak Bambang (orang Klithikan pasti kenal dia) ini memasang harga 300 ribu rupiah. beliau memang dikenal biasa memasang harga tinggi untuk barang-barangnya. 

setelah melewati proses tawar menawar yang cukup alot, kami sepakat di harga 75 ribu rupiah :)) yang masih dinilai terlalu mahal oleh teman saya, tapi saya tidak keberatan, karena kualitas barang ini masih sangat bagus dan layak untuk saya bawa pulang. 

pak bambang kemudian menawarkan harga 100 ribu, dengan bonus ganti lensa. lensa bening akan diganti dengan hitam 50% seperti permintaan saya. saya setuju.

lalu saya bilang sama beliau, "Pak, tapi saya baru bisa ambil dua minggu lagi, soalnya sekarang belum ada uangnya"
dan dengan baik hati beliau bilang, "Nggak papa, nanti saya simpenin, tapi ini barangnya di DP dulu ya."
dengan senyum lebar, saya memberi uang muka untuk calon kacamata baru itu padanya. 20 ribu rupiah. :D

dua minggu, saya belum bisa melunasi. haduh. ngeri kalo kacamata itu pergi. dibeli sama orang yang bisa bayar lebih tinggi. minggu ke tiga saya kembali ke Pasar Klithikan, menuju lapak Pak Bambang dan mengintip barang dagangannya. Kacamata itu masih pada tempatnya. dengan segera dan nafas lega saya pulang, sebelum Pak Bambang sadar kalau saya datang.

minggu ke empat, atau sebulan setelahnya, saya baru bisa menjemput kacamata itu. yaiy!

kemudian kacamata yang sudah menjabat sebagai sunglass saya itu menemani saya kemana-mana. naik motor, pantai, shooting, melepas senja. 

suatu hari saya seorang teman menginginkannya. dia menawarkan uang 3x lipat dari harga saya membelinya. jelas saya tolak. enak aja. buakan harganya, tapi perjuangan dapetinnya! hahaha...

awal 2012 ini seorang teman baik memberi saya sunglass jenis wayfarer dengan corak tortoise warna cokelat-hitam. tanpa brand apa-apa. tapi kacamata ini tampak tangguh dan kokoh. katanya kacamata itu lebih bagus kalau saya yang pakai. 

jadilah saya punya dua sunglass :)

sampai pada suatu hari kekasih saya tidak sengaja meninggalkan sunglass nya di sebuah rumah di kota tempat dia singgah, dan dia pantang mengambil barang yang tertinggal. "it's belong there", katanya :)

akhirnya saya menitipkan padanya sunglass Michiko London saya. saya tahu dia membutuhkannya. yang pasti kacamata itu akan sedikit membantu bila dalam perjalanannya ia menemui badai debu atau terik matahari. 

"take care with life", pesan saya.
hahaha...

pada sebuah persinggahannya di pesisir Jawa Tengah, sebuah pantai yang indah, kekasih saya dan teman-temannya menamakannya Pantai Amnesia. mungkin karena kalau udah di sana kita ngga akan ingat apa-apa, hanya akan memuja keindahan semesta. 

sore itu ada telepon dari kekasih saya, dia bercerita tentang betapa indahnya semesta dari sana. matahari tenggelam - Holy Sunset yang sangat keren, langit malam yang bersih dan penuh bintang, kemudian dia melihat sebuah cahaya yang bergoyang-goyang diantara bintang. tidak mungkin meteor atau bintang jatuh, karena gerakannya tak beraturan. kekasih saya meyakininya sebagai UFO, dan saya hanya berdoa supaya dia tidak diculik alien, karena di pada percakapan malam itu dia sekaligus berpamitan, jika tiba-tiba dia hilang, alien yang patut disalahkan. 

paginya ia kembali menghubungi saya, bercerita tentang Holy Sunrise yang pecah di sela-sela dua bukit seperti pemandangan yang dulu saya gambar di atas kertas waktu kecil, mungkin semua orang pernah melakukan hal yang sama. terima kasih Tuhan, dia tidak diculik alien.

satu jam setelahnya, telepon saya kembali bernyanyi. kekasih saya nelpon lagi. tumben, biasanya ngga sesering ini dia menghubungi saya, pasti ada apa-apa.

kalimat pertama yang diucapkan adalah : "sayang, maaf ya...."
saya langsung menjawab : "kenapa? kacamata ya?"

kemudian dia bercerita tentang Michiko London yang tiba-tiba menghilang, padahal dia sangat yakin sudah memasukkan kacamata sexy itu ke dalam tas nya. kemudian dia sudah berusaha mencari dengan menelusuri kembali jejalanan yang dilewati, tapi si sexy tetap ngga ditemui. padahal pantai itu sepi sekali. 

saya hanya tersenyum. "ya sudah, dia sudah memilih untuk pergi..." kata saya dalam hati.
dengan nada tenang pula saya meredakan rasa bersalah kekasih saya karena ia merasa tidak menjaga kacamata itu dengan baik. 

kemudian saya tersadar, kacamata itu bukan milik saya, kacamata itu milik semesta. dan semesta menjemputnya pulang di pantai Amnesia. tempat yang sangat indah, bukan?

semua ini saya tulis hanya untuk mengenang kacamata itu, kacamata yang bukan milik saya tetapi saya sangat menyayanginya. dan dia sudah kembali pada semesta.

dan di foto ini, itu terakhir kali saya memakainya dan difoto secara proper. hahaha...

terima kasih, kacamata, sudah pernah mampir dan menemani perjalanan saya...


Wednesday, July 11, 2012

sudahlah, kita semua pantas bahagia...

Seperti di Mars, melihat Burma, dan menyendiri



Berkunjung ke sebuah pembukaan festival film ber-genre dokumenter di kota yang saya cintai ini, membuat saya semakin memahami bahwa di kota kecil ini, hal apapun bisa mendapat apresiasi yang baik dari masyarakatnya. Cukup ramai. Dengan semua orang yang berwajah riang, saling menyapa, tertawa, bertukar cerita tentang entah apa. Semua orang terlihat seperti mengenal semua orang di sini. Tetapi itu tidak terjadi pada saya. Saya merasa seperti berada di mars (Sedikit mengutip dari kata-kata rangkaian Jimi Multhazam, tetapi memang itu yang paling tepat untuk diungkapkan sekarang). Tapi saya menikmatinya. Kesendirian di tengah keramaian. Sunyi di tengah hingar-bingar. Menjadi tak kasat mata di tengah euphoria yang sedang terkumandang.


Saya mengenal wajah-wajah itu. Beberapa sering saya temui raut mukanya pada event-event yang saya datangi, yang dikenal sebagai orang-orang penting di bidang mereka. Ada salah satu dari mereka yang sudah semakin ternama, tetapi masih ingat saya. Dia menyapa. Senangnya. Semakin kagum saya padanya.

Acara malam ini dibuka dengan suguhan musik menghanyutkan yang ditampilkan dengan sangat baik oleh Armada Racun yang tampil secara akustik dan tetap dengan sentuhan electro-clash dari synthesizer serta gesekan kasar dari biola klasiknya. Sungguh. Musik seperti itulah yang saya butuhkan di planet mars ini. Terima kasih Tuhan.

Memasuki ruang pemutaran film pembuka festival ini, kami, para pengunjung, disambut oleh sepasang Dimas-Diajeng Yogyakarta yang memang didaulat untuk menjadi pembawa acara. Ini bukan keahlian mereka. penonton lebih tertarik untuk menutupi wajah mereka dengan katalog yang lebar, dan membaca beberapa review film.

Politik. Menjadi tema besar festival ini. Politik. Memang selalu marak dibicarakan. Politik. Tidak pernah habis dibicarakan. Politik. Sebuah topik yang benar-benar sedang membara diserukan di mana-mana. Politik. Berhubungan dengan sistem pemerintahan pada sebuah negara. Berbicara tentang politik sekarang ini sama dengan berbicara tentang ketimpangan di sana dan di sini. Rakyat yang tidak puas atas kinerja dan kebijakan pemerintahnya.

Dokumenter dengan titel 'Burma VJ' diputuskan sebagai film pembuka. Sebuah rangkaian footage yang direkam secara sembunyi-sembunyi oleh jurnalis Democratic Voice of Burma (DVB) yang mempertaruhkan keselamatan jiwa dan nyawa mereka demi meliput aksi protes besar-besaran yang dilakukan rakyat Burma. atas satu konflik yang tak kunjung selesai. belasan tahun. para Bhiksu turun ke jalan pada akhirnya. Atas nama pembelaan pada rakyat kecil semuanya. Para Bhiksu yang tabu untuk dicaci, malah ditangkapi, dipukuli, dibunuhi. Para bhiksu telah mati. apa yang terjadi? mereka (para reporter DVB) pun akhirnya hilang. ditangkapi. dipukuli. mungkin juga dibunuhi. semua ini demi. demi mempertontonkan kepada dunia betapa tidak adilnya pemerintahan mereka pada rakyat di sana. 

Dan setelahnya, Armada Racun kembali mengalun. Aku mulai menemukan beberapa wajah dan suara yang kukenal. Menyapa. Sedikit berbicara. Ambillah katalog festival ini disana, kataku. Kemudian mereka berlalu. Aku hanya beralasan padahal. Agar aku bisa sendirian.

Mungkin seseorang yang memandang akan melihat saya dengan tatapan aneh. Ada seorang perempuan memakai rok merah macam klit Skotlandia, berbaju lengan panjang hitam dengan gambar siluet kucing sebesar punggungnya, memakai kacamata merah maroon, duduk sendirian di pojokan, di bawah pohon beringin dengan tatapan yang tidak lepas dari layar telepon genggamnya yang pintar. Dan saya tidak peduli. Jari-jari saya masih asik mengetik.




*terima kasih pada dia yang mengundangku datang malam itu.


ini link untuk trailer film dokumenter Burma VJ : http://www.youtube.com/watch?v=V08EBWQLzyU



----
archive, ditulis pada 9 December 2009



lelah bercinta



Mari sejenak tidak memikirkan masalah cinta
Dunia tidak akan berakhir jika kita tidak bercinta
Mungkin memang kita harus beristirahat memikirkan cinta
Mungkin seharusnya kita memikirkan bagian lain dari kehidupan kita 
yang sedikit terlupa

Apakah kamu tidak lelah membicarakan cinta?
Apakah kamu tidak lelah membicarakan rasa?
Sedang terkadang, kita sendiri lupa akan hati dan rasa kita
Terlalu sibuk memikirkan masalah cinta.

Sudahlah..
Mari sejenak tidak memikirkan masalah cinta


Jogjakarta, ketika lelah berbicara tentang cinta.


---
archive, wrote on October 1st, 2009
untuk seorang teman yang hampir terbunuh saat itu

terima kasih telah berusaha menghapus semua tentangku dari ingatanmu.



terima kasih telah berusaha menghapus semua tentangku dari ingatanmu. 


dengar. 
aku pun lelah dengan semua permainan
ingin muntah mendengar semua bualan
aku tidak akan melupakan semua sayatan 

aku tetap menjadi aku. 
tetap menyukai malam dan gemerlap lampunya, 
hujan dan jalanan basah setelahnya, yang dengan indah memantulkan cahaya, 
serta bulan sabit dan semua galaksi yang menemaninya. 

karena secuil kenangan tentangku mungkin akan merusak sisa hari yang kamu punya. 
maka hapus saja semua.


-archive, wrote on 22 January 2010

Tuesday, July 3, 2012

bulan purnama ada dua, aku memandangnya tanpa kacamata.

purnama memerah dan wajahku berdarah



Purnama memerah dan wajahku berdarah. mengingatkanku pada malam-malam di mana aku terjamah, cintamu yang punah

Purnama memerah dan wajahku berdarah. tersayat-sayat amarah yang kembali basah. dan ingatan-ingatan ini akan tetap terasah

Purnama memerah dan wajahku berdarah. hitam kemerahan menahan gairah. membuncah! pecah!

Purnama memerah dan wajahku berdarah. bias-bias cincin di sekelilingnya seperti bunga merekah. seperti perawan desa sebelah.

Purnama memerah dan wajahku berdarah. merindukan genggaman tangan di sela-sela jari yang basah.


jauh

duduk diam memandangimu yang berada di luar jarak pandang merekam lamunmu yang tak dapat kubaca, dan diammu yang tak dapat kuterka. seny...