Thursday, July 12, 2012

tentang mengenang kacamata






waktu iseng jalan ke pasar Klithikan 2008 lalu, saya jatuh cinta pada sebuah frame kacamata.
Pasar Klithikan adalah salah satu pasar yang menjual barang-barang bekas dengan harga menarik dan kualitas apik, juka kita teliti memilihnya.
frame bulat dengan corak tortoise biru-abuabu yang sederhana itu menyandang brand Michiko London koshino. sebenarnya saya tak peduli pada brand itu, saya jatuh cinta atas bentuk, warna dan beratnya yang ringan. ketika dicobakan ke wajah saya, teman saya setuju bahwa kacamata ini memang cocok dengan wajah saya.

seperti flea market pada umumnya di indonesia, jika si pembeli terlihat sangat tertarik pada satu barang, si penjual akan memasang harga yang lumayan tinggi. hal ini sudah saya antisipasi. awalnya penjual kacamata yang terkenal dengan nama Pak Bambang (orang Klithikan pasti kenal dia) ini memasang harga 300 ribu rupiah. beliau memang dikenal biasa memasang harga tinggi untuk barang-barangnya. 

setelah melewati proses tawar menawar yang cukup alot, kami sepakat di harga 75 ribu rupiah :)) yang masih dinilai terlalu mahal oleh teman saya, tapi saya tidak keberatan, karena kualitas barang ini masih sangat bagus dan layak untuk saya bawa pulang. 

pak bambang kemudian menawarkan harga 100 ribu, dengan bonus ganti lensa. lensa bening akan diganti dengan hitam 50% seperti permintaan saya. saya setuju.

lalu saya bilang sama beliau, "Pak, tapi saya baru bisa ambil dua minggu lagi, soalnya sekarang belum ada uangnya"
dan dengan baik hati beliau bilang, "Nggak papa, nanti saya simpenin, tapi ini barangnya di DP dulu ya."
dengan senyum lebar, saya memberi uang muka untuk calon kacamata baru itu padanya. 20 ribu rupiah. :D

dua minggu, saya belum bisa melunasi. haduh. ngeri kalo kacamata itu pergi. dibeli sama orang yang bisa bayar lebih tinggi. minggu ke tiga saya kembali ke Pasar Klithikan, menuju lapak Pak Bambang dan mengintip barang dagangannya. Kacamata itu masih pada tempatnya. dengan segera dan nafas lega saya pulang, sebelum Pak Bambang sadar kalau saya datang.

minggu ke empat, atau sebulan setelahnya, saya baru bisa menjemput kacamata itu. yaiy!

kemudian kacamata yang sudah menjabat sebagai sunglass saya itu menemani saya kemana-mana. naik motor, pantai, shooting, melepas senja. 

suatu hari saya seorang teman menginginkannya. dia menawarkan uang 3x lipat dari harga saya membelinya. jelas saya tolak. enak aja. buakan harganya, tapi perjuangan dapetinnya! hahaha...

awal 2012 ini seorang teman baik memberi saya sunglass jenis wayfarer dengan corak tortoise warna cokelat-hitam. tanpa brand apa-apa. tapi kacamata ini tampak tangguh dan kokoh. katanya kacamata itu lebih bagus kalau saya yang pakai. 

jadilah saya punya dua sunglass :)

sampai pada suatu hari kekasih saya tidak sengaja meninggalkan sunglass nya di sebuah rumah di kota tempat dia singgah, dan dia pantang mengambil barang yang tertinggal. "it's belong there", katanya :)

akhirnya saya menitipkan padanya sunglass Michiko London saya. saya tahu dia membutuhkannya. yang pasti kacamata itu akan sedikit membantu bila dalam perjalanannya ia menemui badai debu atau terik matahari. 

"take care with life", pesan saya.
hahaha...

pada sebuah persinggahannya di pesisir Jawa Tengah, sebuah pantai yang indah, kekasih saya dan teman-temannya menamakannya Pantai Amnesia. mungkin karena kalau udah di sana kita ngga akan ingat apa-apa, hanya akan memuja keindahan semesta. 

sore itu ada telepon dari kekasih saya, dia bercerita tentang betapa indahnya semesta dari sana. matahari tenggelam - Holy Sunset yang sangat keren, langit malam yang bersih dan penuh bintang, kemudian dia melihat sebuah cahaya yang bergoyang-goyang diantara bintang. tidak mungkin meteor atau bintang jatuh, karena gerakannya tak beraturan. kekasih saya meyakininya sebagai UFO, dan saya hanya berdoa supaya dia tidak diculik alien, karena di pada percakapan malam itu dia sekaligus berpamitan, jika tiba-tiba dia hilang, alien yang patut disalahkan. 

paginya ia kembali menghubungi saya, bercerita tentang Holy Sunrise yang pecah di sela-sela dua bukit seperti pemandangan yang dulu saya gambar di atas kertas waktu kecil, mungkin semua orang pernah melakukan hal yang sama. terima kasih Tuhan, dia tidak diculik alien.

satu jam setelahnya, telepon saya kembali bernyanyi. kekasih saya nelpon lagi. tumben, biasanya ngga sesering ini dia menghubungi saya, pasti ada apa-apa.

kalimat pertama yang diucapkan adalah : "sayang, maaf ya...."
saya langsung menjawab : "kenapa? kacamata ya?"

kemudian dia bercerita tentang Michiko London yang tiba-tiba menghilang, padahal dia sangat yakin sudah memasukkan kacamata sexy itu ke dalam tas nya. kemudian dia sudah berusaha mencari dengan menelusuri kembali jejalanan yang dilewati, tapi si sexy tetap ngga ditemui. padahal pantai itu sepi sekali. 

saya hanya tersenyum. "ya sudah, dia sudah memilih untuk pergi..." kata saya dalam hati.
dengan nada tenang pula saya meredakan rasa bersalah kekasih saya karena ia merasa tidak menjaga kacamata itu dengan baik. 

kemudian saya tersadar, kacamata itu bukan milik saya, kacamata itu milik semesta. dan semesta menjemputnya pulang di pantai Amnesia. tempat yang sangat indah, bukan?

semua ini saya tulis hanya untuk mengenang kacamata itu, kacamata yang bukan milik saya tetapi saya sangat menyayanginya. dan dia sudah kembali pada semesta.

dan di foto ini, itu terakhir kali saya memakainya dan difoto secara proper. hahaha...

terima kasih, kacamata, sudah pernah mampir dan menemani perjalanan saya...


No comments:

Post a Comment

jauh

duduk diam memandangimu yang berada di luar jarak pandang merekam lamunmu yang tak dapat kubaca, dan diammu yang tak dapat kuterka. seny...