Thursday, July 30, 2009

purnama sempurna

Seorang laki-laki tua duduk di tengah- tengah lapangan. Tanpa beralaskan tikar, dia duduk di atas rumput lapangan yang mulai mengering dan jarang-jarang karena kemarau sedah meradang. Dia memandangi purnama malam ini yang sempurna, yang tingginya kira-kira hanya tiga puluh derajat dari garis normal dunia. Entah apa yang dipikirkannya.

Aku menikmati purnama sempurna malam ini walau hanya dari jendela mobil dalam perjalanan pulangku menuju rumah. Berandai-andai jikalau aku bisa mengambilnya, atau mengajak sahabat terbang ke sana. Menikmati hangat pantulan sinarnya.

Kekasihku menikmati purnama sempurna malam ini di sebuah alun-alun kota penuh cerita ini. Dia ditemani lampu jalan, dan lalu-lalang kendaraan yang cukup ramai. Kota ini tak pernah sepi dari kunjungan orang yang haus akan nostalgia mereka.

Sahabatku menikmati punama sempurna malam ini dari balkon rumahnya. Ia sengaja keluar dari kamarnya untuk mengantar purnama malam ini merangkak hingga menuju sudut derajat yang lebih tinggi. Ditemani sekaleng bir dingin, sahabatku melayang, mengenang memorinya tentang kenangan bersama bulan..

Purnama sempurna malam ini, salah satu sahabatku berduka. Ditinggalkan orang yang sangat berarti dalam hidupnya. Aku tidak bisa berada di sampingnya, untuk memberinya sedikit kekuatan.

Purnama sempurna malam ini, kami merayakannya bersama, dengan cara kami masing-masing.

No comments:

Post a Comment

jauh

duduk diam memandangimu yang berada di luar jarak pandang merekam lamunmu yang tak dapat kubaca, dan diammu yang tak dapat kuterka. seny...